Suasana menjelang Pilpres 9 Juli 2014,
semakin ramai. Di Dunia Maya lebih ramai dibandingkan Dunia Nyata. Perang
Opini, saling mendukung dan saling menjatuhkan satu sama lain sepertinya sulit
untuk dihindari. Yang Busuk dibungkus rapi menjadi Menarik, Yang salah dipermak
menjadi pembenaran nalar dan logika. Fakta sudah bisa dijadikan sebagai nuansa
yang biasa tanpa memberikan makna apa2. Gambar, Foto, Upload Surat Bukti ini
dan itu, seakan menjadi sebuah kebiasaan untuk menunjukan bahwa yang
disampaikan adalah benar agar pembaca lainnya menjadi mengetahui keberadaannya.
Padahal dalam banyak kasus ternyata "Palsu" alias Hoax, tidak bisa
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Maka marilah kita berhati-hati dalam
menulis, karena menulis itu sama tajamnya dengan lidah. Bisa jadi Fitnah,
selain berkah tentunya.
Hati-Hati Menulis Opini dan Reportase
Sebelum saya lebih lanjut menjawab sub
judul tersebut, saya ingin sharing sedikit tentang tulis menulis. Dua hari yang
lalu, saya menjadi pembawa materi tentang bagaimana caranya melakukan Internet
Sehat yang diadakah oleh PT Telekomunikasi Indoneisa Witel Jabar Timur, di
Cirebon. Hadir dalam pertemuan tersebut perwakilan dari Sekolah, Remaja Masjid,
Aktivis Gereja, dan beberapa Wartawan di Kota Cirebon. Saya senang mendapat
kepercayaan tersebut, sebagai wacana untuk sharing dan memberikan pencerahan
kepada anak-anak muda, aktivis masjid, dan Gereja.
Arah dari pembicaraan saya kepada
peserta adalah tentang ekses atau akibat yang baik maupun yang buruk tentang
perkembangan Jaman sekarang ini. Internet dalam perkembangannya seperti pisau
bermata dua. Dua-duanya Tajam. Akan menjadi baik, jika kita menggunakannya
dengan sebaik-baiknya. Namun berlaku sebaliknya, jika kita salah menerapkannya.
Di Internet, mau tanya apa saja, Mbah Google, pasti tahu jawabannya. Sebagai
contoh, kalau Anda klik, "rauf nuryama", maka Mbah Google sudah kenal
dengan saya. ketika saya mencoba untuk menunjukan kalau saya dikenal oleh mbah
gugel, kebetulan muncul bahwa saya adalah penulis kompasiana.
Sekalian saja saya ajak mereka untuk
berkunjung, membaca dan belajar menulis di sini. Saya ingin mereka, para remaja
bisa menjadikan internet sebagai bahan untuk memperkaya ilmu dan pergaulan yang
baik di dalamnya. Membuat kreativitas, membuat blog, bahkan silakan untuk
belajar menulis di blog kroyokan, kompasiana. Tujuannya, supaya lebih mudah di
baca oleh orang lain, tentang tulisan mereka.
Setelah sesi saya, kemudian beberapa
wartawan meminta saya untuk copy materi, sementara sesi berikutnya di isi oleh
Tuan Rumah, Pimpinan Telkom dari Regional Bandung memberikan apresiasi atas
kehadiran peserta dan mengingatkan bahwa, ".... Orang yang Korupsi saat
ini, adalah Orang Bodoh. Kenapa? Apa yang dia lakukan, akan tercatat di
Internet. Dan Tujuh Turunan, semua ahli warisnya akan tahu sejarah orantua atau
saudaranya tersebut. Begitu menulis di mbah gugel, nama orang itu pasti akan
muncul. Bagaimana dengan Keluarganya...?" itu sepenggal yang saya ingat.
Sekaitan dengan hal tersebut, penulis
kemudian menjadi sadar dan mengajak rekans kompasianer lainnya, untuk lebih
hati-hati dalam menulis. Maka dengan tulisan ini pun saya kemudian ingin
menyampaikan bahwa apa yang kita tulis, dan kita upload, pasti sangat sulit
untuk di hapus lagi. Jika pun kita sudah menghapusnya, mungkin ada banyak orang
lain yang sudah mengcopynya dan menyebarkan berikutnya. Maka berhati-hati lah
kita menulis, berhati-hatilah kita menulis riwayat hidup kita, karena kita akan
diceritakan di alam ini, dengan catatan super canggih dengan nama Internet.
Termasuk, hirup pikuk tulisan yang
membombardir Fitnah, Kampanye Hitam maupun Kampanye Negatif pasangan Capres dan
Cawapres. Apapun adanya mereka adalah Pilihan, dan kelak siapapun yang jadi
akan menjadi Pemimpin Bangsa ini, menjadi Pemimpin rakyat Indonesia selama 5
Tahun Yang akan datang.Menjadi pemimpin Kita.
Ada yang sama pentingnya dibandingkan
dengan Kampanye!
Saya mencoba untuk mengajak rekans
pembaca, agar kita tidak hanya larut dalam kampanye saja. KPU, Bawaslu, Anggota
KPUD, PPK, Para Saksi di masing-masing TPS, Bagaimana masalah DPT,
Pendistribusian Material Pilpres 2014, Mekanisme, Pengawalan mulai dari
perencanaan, lelang barang cetakan, Netralitas Panitia, Netralitas dari
Pengawal Pemerintahan (TNI dan POLRI), mungkin sama pentingnya yang harus
dijadikan sebagai bahan diskusi. Tidak hanya melulu Prabowo dan Jokowi.
Carut-marutnya DPT, apakah sudah ada
TIM yang difungsikan untuk segera menyelesaikan pekerjaan ini? KPU jangan
menjadi amatiran saja. Ayo Tunjukan, bahwa Anda adalah Pejuang Bangsa untuk
mengawal Pilpres dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya. Anda tidak menjadi
bagian dari kepentingan masa depan maupun masa lalu. Anda adalah Calon Pahlawan,
Karena Anda bisa menentukan nasib bangsa ini ke depan. Ketidakadilan dan
kecurangan yang Anda Lakukan pada saat Pileg 9 April Lalu, cukuplah menjadi
Pelajaran yang sangat berharga.
Anda tidak seharusnya lagi untuk
bermain kotor dengan menerima suap dari pendukung sebagai mana Anda menerima
Suap pada saat Pileg kemarin. Kata Anda, adalah menunjukan Bahwa KPU adalah
Anda. Dan Ada Anggota KPU, yang melakukan tindakan tidak terpunyi. Saya
percaya, mungkin masih ada yang baik di KPU. Dan semoga, kebaikan Anda menjadi
Perbaikan untuk bangsa ini ke depan.
Persiapkan semua perencanaan dengan
matang, meminta dukungan TNI dan Polri untuk pengawalan dan pengiriman dan
pendistribusian material sehingga dipastikan H-2, semua materi Pilpres sudah
siap di PPK atau bahkan KPPS. Pastikan pula bahwa, Data yang terkirim harus
dilakukan cek and ricek, sehingga kasus salah kirim tidak terjadi lagi.
Bekali semua panitia sampai yang paling
bawah, dengan kepedulian untuk melakukan perjuangan demi Indonesia yang lebih
baik. Mau jadi Indonesia Bangkit atau Indonesia Hebat, nggak masalah. Keduanya
Baik. Tapi KPU dan Bawaslu, ayo kawal kegiatan ini dari mulai perencanaan,
pelaksanaan sampai kepada Hasil dan perhitungan suara. Jadikan Pilpres
Indonesia menjadi Benchmark bagi semua Bangsa di Dunia.
Suksesnya hajatan besar ini, tidak
hanya ditunjukan terhadap keterpilihan pasangan menjadi Capres dan Cawapres,
namun mulai dari proses, pelaksanaan dan hasil yang tidak memberikan efek
negatif untuk masa depan bangsa. Sukses Pilpres 2014, jika KPU dan jajarannya
tidak memihak salah satu atau salah dua calon. Sukses Pilpres 2014, adalah
Suksesnya para panitia di masing-masing KPPS mendapatkan material yang cukup,
benar, dan petunjuk yang jelas. Mereka tidak tergoda untuk mendukung salah satu
calon, mereka benar-benar menjadi Panitia untuk anak bangsa.
catatan (tanggapan saya mengenai artikel ini): Gunakanlah hak pilih anda sebaik-baiknya dan jangan sampai hak pilih anda bisa dibeli orang lain Karena satu suara saja sangat berharga untuk menentukan masa depan bangsa. .
catatan (tanggapan saya mengenai artikel ini): Gunakanlah hak pilih anda sebaik-baiknya dan jangan sampai hak pilih anda bisa dibeli orang lain Karena satu suara saja sangat berharga untuk menentukan masa depan bangsa. .
cukup sekian dulu dan semoga
bermanfaat.
Sumber:http://m.kompasiana.com
Sumber:http://m.kompasiana.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar