Jumat, 13 Juni 2014

Presiden Terpilih, Bukan Kunci Suksesnya Pilpres 2014



Suasana menjelang Pilpres 9 Juli 2014, semakin ramai. Di Dunia Maya lebih ramai dibandingkan Dunia Nyata. Perang Opini, saling mendukung dan saling menjatuhkan satu sama lain sepertinya sulit untuk dihindari. Yang Busuk dibungkus rapi menjadi Menarik, Yang salah dipermak menjadi pembenaran nalar dan logika. Fakta sudah bisa dijadikan sebagai nuansa yang biasa tanpa memberikan makna apa2. Gambar, Foto, Upload Surat Bukti ini dan itu, seakan menjadi sebuah kebiasaan untuk menunjukan bahwa yang disampaikan adalah benar agar pembaca lainnya menjadi mengetahui keberadaannya. Padahal dalam banyak kasus ternyata "Palsu" alias Hoax, tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Maka marilah kita berhati-hati dalam menulis, karena menulis itu sama tajamnya dengan lidah. Bisa jadi Fitnah, selain berkah tentunya.
Hati-Hati Menulis Opini dan Reportase
Sebelum saya lebih lanjut menjawab sub judul tersebut, saya ingin sharing sedikit tentang tulis menulis. Dua hari yang lalu, saya menjadi pembawa materi tentang bagaimana caranya melakukan Internet Sehat yang diadakah oleh PT Telekomunikasi Indoneisa Witel Jabar Timur, di Cirebon. Hadir dalam pertemuan tersebut perwakilan dari Sekolah, Remaja Masjid, Aktivis Gereja, dan beberapa Wartawan di Kota Cirebon. Saya senang mendapat kepercayaan tersebut, sebagai wacana untuk sharing dan memberikan pencerahan kepada anak-anak muda, aktivis masjid, dan Gereja.
Arah dari pembicaraan saya kepada peserta adalah tentang ekses atau akibat yang baik maupun yang buruk tentang perkembangan Jaman sekarang ini. Internet dalam perkembangannya seperti pisau bermata dua. Dua-duanya Tajam. Akan menjadi baik, jika kita menggunakannya dengan sebaik-baiknya. Namun berlaku sebaliknya, jika kita salah menerapkannya. Di Internet, mau tanya apa saja, Mbah Google, pasti tahu jawabannya. Sebagai contoh, kalau Anda klik, "rauf nuryama", maka Mbah Google sudah kenal dengan saya. ketika saya mencoba untuk menunjukan kalau saya dikenal oleh mbah gugel, kebetulan  muncul bahwa saya adalah penulis kompasiana.
Sekalian saja saya ajak mereka untuk berkunjung, membaca dan belajar menulis di sini. Saya ingin mereka, para remaja bisa menjadikan internet sebagai bahan untuk memperkaya ilmu dan pergaulan yang baik di dalamnya. Membuat kreativitas, membuat blog, bahkan silakan untuk belajar menulis di blog kroyokan, kompasiana. Tujuannya, supaya lebih mudah di baca oleh orang lain, tentang tulisan mereka.
Setelah sesi saya, kemudian beberapa wartawan meminta saya untuk copy materi, sementara sesi berikutnya di isi oleh Tuan Rumah, Pimpinan Telkom dari Regional Bandung memberikan apresiasi atas kehadiran peserta dan mengingatkan bahwa, ".... Orang yang Korupsi saat ini, adalah Orang Bodoh. Kenapa? Apa yang dia lakukan, akan tercatat di Internet. Dan Tujuh Turunan, semua ahli warisnya akan tahu sejarah orantua atau saudaranya tersebut. Begitu menulis di mbah gugel, nama orang itu pasti akan muncul. Bagaimana dengan Keluarganya...?" itu sepenggal yang saya ingat.
Sekaitan dengan hal tersebut, penulis kemudian menjadi sadar dan mengajak rekans kompasianer lainnya, untuk lebih hati-hati dalam menulis. Maka dengan tulisan ini pun saya kemudian ingin menyampaikan bahwa apa yang kita tulis, dan kita upload, pasti sangat sulit untuk di hapus lagi. Jika pun kita sudah menghapusnya, mungkin ada banyak orang lain yang sudah mengcopynya dan menyebarkan berikutnya. Maka berhati-hati lah kita menulis, berhati-hatilah kita menulis riwayat hidup kita, karena kita akan diceritakan di alam ini, dengan catatan super canggih dengan nama Internet.
Termasuk, hirup pikuk tulisan yang membombardir Fitnah, Kampanye Hitam maupun Kampanye Negatif pasangan Capres dan Cawapres. Apapun adanya mereka adalah Pilihan, dan kelak siapapun yang jadi akan menjadi Pemimpin Bangsa ini, menjadi Pemimpin rakyat Indonesia selama 5 Tahun Yang akan datang.Menjadi pemimpin Kita.
Ada yang sama pentingnya dibandingkan dengan Kampanye!
Saya mencoba untuk mengajak rekans pembaca, agar kita tidak hanya larut dalam kampanye saja. KPU, Bawaslu, Anggota KPUD, PPK, Para Saksi di masing-masing TPS, Bagaimana masalah DPT, Pendistribusian Material Pilpres 2014, Mekanisme, Pengawalan mulai dari perencanaan, lelang barang cetakan, Netralitas Panitia, Netralitas dari Pengawal Pemerintahan (TNI dan POLRI), mungkin sama pentingnya yang harus dijadikan sebagai bahan diskusi. Tidak hanya melulu Prabowo dan Jokowi.
Carut-marutnya DPT, apakah sudah ada TIM yang difungsikan untuk segera menyelesaikan pekerjaan ini? KPU jangan menjadi amatiran saja. Ayo Tunjukan, bahwa Anda adalah Pejuang Bangsa untuk mengawal Pilpres dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya. Anda tidak menjadi bagian dari kepentingan masa depan maupun masa lalu. Anda adalah Calon Pahlawan, Karena Anda bisa menentukan nasib bangsa ini ke depan. Ketidakadilan dan kecurangan yang Anda Lakukan pada saat Pileg 9 April Lalu, cukuplah menjadi Pelajaran yang sangat berharga.
Anda tidak seharusnya lagi untuk bermain kotor dengan menerima suap dari pendukung sebagai mana Anda menerima Suap pada saat Pileg kemarin. Kata Anda, adalah menunjukan Bahwa KPU adalah Anda. Dan Ada Anggota KPU, yang melakukan tindakan tidak terpunyi. Saya percaya, mungkin masih ada yang baik di KPU. Dan semoga, kebaikan Anda menjadi Perbaikan untuk bangsa ini ke depan.
Persiapkan semua perencanaan dengan matang, meminta dukungan TNI dan Polri untuk pengawalan dan pengiriman dan pendistribusian material sehingga dipastikan H-2, semua materi Pilpres sudah siap di PPK atau bahkan KPPS. Pastikan pula bahwa, Data yang terkirim harus dilakukan cek and ricek, sehingga kasus salah kirim tidak terjadi lagi.
Bekali semua panitia sampai yang paling bawah, dengan kepedulian untuk melakukan perjuangan demi Indonesia yang lebih baik. Mau jadi Indonesia Bangkit atau Indonesia Hebat, nggak masalah. Keduanya Baik. Tapi KPU dan Bawaslu, ayo kawal kegiatan ini dari mulai perencanaan, pelaksanaan sampai kepada Hasil dan perhitungan suara. Jadikan Pilpres Indonesia menjadi Benchmark bagi semua Bangsa di Dunia.
Suksesnya hajatan besar ini, tidak hanya ditunjukan terhadap keterpilihan pasangan menjadi Capres dan Cawapres, namun mulai dari proses, pelaksanaan dan hasil yang tidak memberikan efek negatif untuk masa depan bangsa. Sukses Pilpres 2014, jika KPU dan jajarannya tidak memihak salah satu atau salah dua calon. Sukses Pilpres 2014, adalah Suksesnya para panitia di masing-masing KPPS mendapatkan material yang cukup, benar, dan petunjuk yang jelas. Mereka tidak tergoda untuk mendukung salah satu calon, mereka benar-benar menjadi Panitia untuk anak bangsa.           
 
catatan (tanggapan saya mengenai artikel ini): Gunakanlah hak pilih anda sebaik-baiknya dan jangan sampai hak pilih anda bisa dibeli orang lain Karena satu suara saja sangat berharga untuk menentukan masa depan bangsa.       .


cukup sekian dulu dan semoga bermanfaat.


 Sumber:http://m.kompasiana.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar